Teror Kentang Camilan
Di sore syahdu yang berawan,
Ku duduk di kafe menikmati obrolan
Ashik, tapi... satu ku lupakan,
Di depanku tersaji sepiring camilan
Kentang, saus pedas dan saus tomat, teman.
Kumakan temannya kentang,
Sejak datang, kentang tak tersentuh tangan.
Aul, kentangmu nggak kamu makan?
Temanku memberi pertanyaan.
Itu bukan pertanyaan.
Aku tahu, itu peringatan.
Semakin sore, semakin nyaman
Hujan turun, pergi enggan,
Kucomot temannya kentang,
Aul, kentangmu belum Kamu makan?
Lagi, peringatan dibungkus pertanyaan.
Minumku, segelas jus melon hampir habis,
Sepiring camilan, belum juga habis,
Aul, kok kentangmu belum habis?
Ini bukan lagi peringatan. Ini ironis.
Maaf, kentang.
Mungkin, saat itu kamu sudah menangis
Karena kamu tak kunjung habis.
Bukan aku tak ingin kamu habis,
Tapi aku sedang dilanda malu yang tragis.
Sampai sore menjadi malam
Hujan gerimis pun masih enggan,
Akhirnya, kamu telah habis, kentang
Habis bersama rampungnya manis bincang-bincang.